"Kondisi kita sangat luar biasa dan dililit hutang yang sangat besar, dan tentunya yang bayar bukan saya tetapi anak-anak dan cucu-cucu kita semuanya," katanya.
Gatot Nurmantyo menyebut demokrasi dan ekonomi Indonesia bobrok karena berakar dari pemimpin yang kerap melanggar konstitusi dan etika.
Selama ini kata dia, tokoh pemimpin nasional di Indonesia menjalankan roda pemerintahannya dengan cara-cara yang terkesan 'semaunya sendiri' bahkan dianggap tak bermoral.
"Kondisi semakin parah karena pengelola negara menjalankan tidak hanya dengan melanggar rambu-rambu konstitusi, tetapi juga rambu-rambu moral, rambu-rambu etika yang sangat-sangat luar biasa dan semau-maunya sendiri," ujar dia.
Terakhir, Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa seorang pemimpin ideal haruslah memimpin dengan segenap hati dan pikirannya untuk kepentingan seluruh rakyat.
Akan tetapi, dia mengungkapkan bahwa prasyarat tersebut justru tak dimiliki oleh tokoh pemimpin nasional pada masa kini.
"Seorang pemimpin itu harus selalu memimpin dengan segenap hati dan pikirannya untuk rakyat, bukan untuk oligarki. Namun prasyarat itu tidak dapat diharapkan dari kepemimpinan nasional hari ini," tuturnya.***